Artikel Lengkap - Struktur Beton Bertulang 1 Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil
Struktur
Beton Bertulang Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil
STRUKTUR BETON BERTULANG I
NAMA :IZHARUL ABDULLAH
STANBUK : 2014 100 57
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SULAWESI TENGGARA
TAHUN 2014/2015
PANJANG PENYALURAN DAN SAMBUNGAN
BAJA TULANGAN
1. PENDAHULUAN
Salah
satu angapan yang digunakan dalam perencanaan dan analisis struktur beton
bertulang ialah bahwa lekatan beton bertulang baja dan beton yang
mengelilinginya berlangsung sempurna tampa terjad tampa terjadi penggelinciran
atau pergeseran. Oleh karenanya tegangan tersebut disebut sebagai tegangan
lekat lentur. Sehingga diperlukan persyaratan tertentu untuk mengantisipasi
tegangan lekat lentur pada tempat – tempat rawan disepanjang bentang terhadap
peruabahan gaya tarik mendadak dalam tulangan.
Penambatan
atau penjangkaran ujung batang tulangan baja akan berlangsung dengan baik
apabila batang tulangan tersebut tertanam kokoh didalam beton pada jarak
kedalaman tertentu yang disebut sebagai panjang penyaluran batang tulangan baja (ld).
Metode perencanaan
berdasarkan SK SNI T-15-1991-03 mengabaikan besarnya nilai tegangan lekat
tinggi yang timbul setempat, walaupun mungkin tegangan tersebut akan
mengakibatkan pergelinciran tulangan terhadap beton ditempat yang tepat
bersebelahan dengan retak beton.
2. PANJANG PENYALURAN TULANGAN
BAJA TARAIK
Panjang
penyaluran adalah panjang penambatan yang diperlukan untuk mengembangkan
tegangan luluh dalam tulangan, merupakan fungsi dari fy, diameter,
dan tegangan. Panjang penyaluran menentukan tahanan tehadap tergelincirnya
tulangan.
SK
SNI T-15-1991 -03 pasal 3.5.2. menentukan bahwa panjang penyaluran ld untuk batang tulangan
baja tarik deformasi dan tulangan baja rangkai las adalah sebagai berikut:
ld = panjang penyaluran
dasar (ldb) x faktor modifikasi
a) Panjang Penyaluran Dasar
(1) untuk batang tulang baja D36
atau lebih kecil,
ldb=
ldb dalam mm, dan tidak
boleh kurang dari 0,06 sedangkan dan dalam
Mpa. Dimana,
Ab =
luas penampang batang tulangan baja (mm2)
db =
diameter nominal batang tulangan baja (mm)
(2) Untuk batang tulangan baja
D45
ldb=
(3) Untuk batang
tulangan baja D 55
ldb=
(4) Untuk batang
kawat deformasian,
ldb=
b) Faktor Modifikasi
(1) Batang tulangan baja
paling atas 1,40
(2) Batang tulangan baja
dengan > 400
Mpa 2-
(3) Untuk beton ringan apabila
kuat tarik belah ≤ 1,0
(4) Untuk beton ringan apabila
kuat tarik belah rata- rata tidak ditentukan :
Untuk
beton ringan sepenuhnya , 1,33
Untuk
beton ringan pasir, 1,18
(5) Penulangan mendatar dengan
spasi p.k.p 150 mm,
Dan
paling tidak berjarak bersih antar batang 70
mm, 0,80
(6) Penulangan tersedia lebih
banyak,
(7) Batang tualangan
yang teerkungkung didalam lilitan penulangan spiral dengan
diameter tidak kurang dari 5 mm dan jarak spasi lilitan spiral
tidak lebih dari 100 mm, 0,75
3. PANJANG PENYALURAN
TULANGAN BAJA TEKAN
Panjang
penyaluran batang tulangan tekan lebih pendek dibandingkan untuk batang
tulangan tarik. Untuk batang tulangan baja deformasian yang bekerja menahan
gaya tekan, panjang penyaluran dasar (ldb) dihitung dengan
persamaan berikut :
ldb =1/4(
dan ketentuan SK SNI T-15-1991-
03 pasal 3.5.3 membatasi bahwa panjang penyaluran dasar tidak boleh kurang dari
0,04 atau 200 mm.
Faktor
modifikasi berikut ini digunakan untuk menetukan panjang penyaluran batang
tulangan baja yang menahan gaya tekan :
1) Penulangan yang
tersedia lebih banyak,
2) Batang tulangan baja
yang terkungkung didalam penulangan spiral dengan diameter tidak kurang dari 5
mm dan spasi lilitan spiral tidak lebih dari 100 mm.
4. PERSYARATAN
JANGKAR , KAIT, DAN BENGKOKAN
Meskipun
SK SNI T- 15 -1991-03 pasal 3.5.6 menetapkan penjangkaran mekanis boleh
menggunakan sembarang cara ataupun sistem setelah terbukti kekuatannya melalui
pengujian, namun penjangkaran mekanis penulangan mekanis penulangan pokok
umumnya dipenuhi dengan menggunakan kait bersudut pembongkaran 90ᵒ atau 180ᵒ
diujung batang.SK SNI T-15-1991-03 juga menetapkan standar
dimensi dan radius pembengkokan sudut pembengkokan 90ᵒ dan
135ᵒditetapkan untuk penulangan sengkang dan tulangan pengikat lainya.
Perlu
diperhatikan bahwa struktur kait pada batang tulangan tekan tidak efektif,
tidak dapat diharapkan sebagai tambahan perlawanan tekan dari tulangan. Khusus
untuk kait 90ᵒ, kadang kala penjangkaran cukup dengan mengukur panjang 12 kali
dimeter terhadap ujung tulangan kait. Penggunaan cara tersebut tampa
penjelasan dan dianggap kurang dapat dibenarkan.
Peraturan
SK SNI T-15-1991-03 menyatakan langsung panjang penyaluran ldh yang diperlukan untuk
menyalurkan dalam batang kait. Sebagaimana ditentukan dalam pasal
3.5.5, panjang penyaluran dasar lhb yang dibutuhkan untuk
mengembangkan kuat luluh dalam batang kait diukur dalam lokasi
timbulnya kuat luluh kesisi luar ekstrim kait sebagai berikut:
lhb = →
untuk =
400 Mpa
Faktor
modifikasi yang diberlakukan guna mendapatkan ldh adalah :
(1) Untuk kuat
leleh selain 400 Mpa,
(2) Untuk batang D36 dan yang
lebih kecil dengan tebal selimut samping (normal trhadap bidang kait) tidak
kurang dari 60 mm, dan untuk kait 90ᵒ dengan selimut pada perpanjang kait
tidak kurang dari 50 mm, 0,70
(3) Untuk batang D36 dan yang
lebih kecil dengan kait yang secara vertikal dan horizontal terlingkup didalam
sengkang kait yana terpasang disepanjang ldh dengan spasi
melebihi 3 dimana adalah diameter batang kait, 0,80
(4) Apabila penjangkaran atau penyaluranya tidak
khusus diperlukan dan jumlah penulangan
lentur,
(5) Untuk beton agregat ringan
, 1,30
SK
SNI T-15-1991-03 menetapkan penjangkaran ujung tulangan baja sengkang dengan
kaki tunggal, bentuk U sederhana, untuk bentuk U ganda harus dijangkar
mengikuti salah satu cara berikut:
1. Kait standar ditambah suatu
dalam penjangkaran 0,5 ld dimana yang dinamakan
dalam penjangkaran adalah jarak dari petengahan tinggi efektif
balok, 1/2d, sampai dengan titik tangen kait.
2. Penjangkaran pada jarak 1/2d
diatas atau bawah pertengahan tinggi efektif, di daerah, untuk panjang
penyaluran penuh ld tetapi tidak boleh kurang dari
24 db atau 500 mm.
3. Untuk sengkang tulangan baja
D 16 dan lebih kecil dibengkokan mengelilingi batang tulangan pokok memanjang
paling tidak memutar 135ᵒ . Untuk sengakang batang tulangan baja
dengan > 300 Mpa masih harus ditambah dengan dalam penjangkaran
0,33 penjangkaran 0,33 ld . Penjangkaran
0,33 ld harus diambil sebesar jarak dari
pertengahan tinggi efektif 1/2d, sampai dititik tangen kait.
4. SK SNI T-15-1991-03 pasal
3.5.13 ayat 5 menetapkan kriteria sistem sengkang U ganda yang dipasang
berhadapang dengan kaki- kakinya ( tampa kait ) saling tindih hingga secara
keseluruhan membentuk sengkang tertutup. Kaki – kai sengkang U harus saling
bertindih sepanjang 1,7 ld . Masing – masing
bengkok disudut sengkang U harus mengelilingi batang tulangan pokok memanjang.
5. SAMBUNGAN BATANG TARIK
Penyelesaian
sambungan dapat dilakukan dengan cara mengelas,penggunaan alat sambung
mekanis,atau yang umum digunakan dengan menggunakan sambuangan lewatan, yaitu
menumpangkan dan menyatukan bagian panjang tertentu ujung – ujung batang yang
disambung kemudian diikat menggunakan kawat baja.
Seperti
ditentuakan dalam SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.5.14, sambungan lewatan tidak
boleh digunakan untuk batang tulangan baja yang lebih besar dari D36 kecuali
untuk pondasi telapak,jarak spasi diantara kedua batang kearah transversal kira
– kira seperlima panjang lewatan namun tidak boleh lebih dari 150mm.
6. SAMBUNGAN TULANGAN BAJA TARIK
Persyaratan
panjang lewatan yang dimaksudkan untuk menghindari atau kegagalan sambungan
pada waktu tercapainya kekuatan nominal lentur ditempat tersebut. Panjang
minimun sambungan lewatan tarik diambil berdasarkan syarat kelas yang sesuai
tetapi tidak boleh kurang dari 300 mm. Syarat masing – masing kelas diungkapkan
dengan panjang penyaluran tegangan tarik (ld) batang tulangan
tertentu, sebagai berikut:
1) sambungan kelas A
dengan sambungan lewatan 1,0 ld
2) sambungan kelasB
dengan sambungan lewatan 1,3 ld
3) sambungan kelas
Cdengan sambungan lewatan 1,7 ld
Sesuai
dengan SK SNI T-15-1991-03 pasal 2.5.15 ayat 4, pemilihan lokasi sambungan atau
tempat sambungan batang tulangan tarik harus dilakukan selang- seling berjarak
minimun 600 mm, sedemikian rupa sehingga setiap penampang dapat mengembangkan
paling tidak dua kali gaya tarik yang dihitung tetapi tidak kurang dari 140 Mpa
untuk luas tulangan total yang tersedia, dan letak sambungan yang bersebelahan
harus selang – seling berjarak paling tidak 800 mm.
Daftar. Sambungan Lewatan Tarik
(pada lokasi
lewatan)
|
Persentase
maksimum dari As yang disambung didalam Panjang Lewatan Perlu
|
||
50
|
75
|
100
|
|
2 ≤
|
Kelas A
|
Kelas A
|
Kelas B
|
2 >
|
Kelas B
|
Kelas C
|
Kelas C
|
7. SAMBUNGAN TULANGAN BAJA TEKAN
Untuk
komponen struktur tekan yang menggunakan pengikat sengkang, dimana efektidf
sengkang yang terdapat di sepanjang sambungan lewatan tidak kurang dari 0,001r
hs, panjang sambungan lewatan boleh dikalikan 0,83 tetapi panjang totalnya
tidak kurang dari 300 mm. Kaki sengakang tegak lurus terhadap h harus
digunakan dalam menentukan luas efektif tersebut. Sedangkang untuk komponen
struktur tekan yang menggunakan lilitan spiral, panjang sambungan lewatan
batang tulangan yang terdapat dalam satu spiral boleh dikalikan dengan 0,75
tetapi panjang totalnya tidak boleh kurang dari 300 mm.
8. PEMBERHENTIAN DAN
PEMBONGKARAN BATANG TULANGAN STRUKTUR BENTANG SEDERHANA
Kebutuhan
luas tulangan tarik As maksimum bagi komponen struktur hanya
ditempat terjadinya momen masksimum. Dengan demikian untuk komponen struktur
terlentur secara teoritis batang tulangan bajanya dapat diberhentikan atau
dibengkokan kapan saja apabila sudah diperlukan untuk menahan momen.
Pada
saat tempat penghentian batang tulangan perlu diingat bahwa penghentian batang
– batang tersebut mengikuti pola simetris. Apabila dikehendaki batang
dibengkokan, pembengkokan ditempat setengah tinggi efektif balok dari tempat
tepat dimana batang tulangan sudah tidak diperlukan lagi.
9. PERSYARATAN PANJANG
PENYALURAN TULANGAN MOMEN POSITIF
BALOK BENTANG SEDERHAN
Persyaratan
memberikan pembatasan ukuran (dimensi) batang tulangan baja yang dapat
digunakan sedemikian rupa sehingga panjang penyaluran ld yang
disyratkan tidak melampaui nilai sebagai berikut:
ld =
≤
dimana : Mn = Kuat momen nominal dengan menganggap
seluruh penulangan menerima tegangan luluh fy
Vu = gaya geser
rencana total yang bekerja pada penampang.
= panjang penjangkaran
tambahan pada dukungan, dimana diambil sebagai
penjumlahan panjang penjangkaran yang melewati sumbu dukungan dan panjang
penjangkaran ekivalen daarai kait atau jangkar mekanis yang digunakan.
BAB VII
STRUKTUR BENTANG MENERUS
DAN PLAT DUA ARAH
7.1 PENDAHULUAN
Struktur
gedung beton bertualang dengan sistem cetak di tempat dapat berupa plat lantai
menerus tang dicetak menjadi satu kesatuan yang monolit dengan balok-balok
penumpunya. Plat lantai merupakan panel- panel beton yang bentuknya bertulang
dua arah atau satu arah.
Besar
momen dan gaya geser yang diteruskan dari komponen struktur tertentu kepada
komponen lain melalui titik hubungan (titik buhul) tergantung pada nilai
kekakuan relatief kepada segenap komponen struktur yang bertemu pada titik
tersebut. Apabila pada struktur palt perbandingan struktur panjang (p) terhadap
lebar ( ) kurang dari 2, maka akan mengalami
lendutan pada kedua arah sumbu.
7.2. STRUKTUR BALOK DAN PLAT
MENERUS
Persamaan
momen standar merupakan hasil perkalian dengan suatu koefisien
demikian pula persamaan gaya geser standar adalah perwakilan dengan
koefisien tertentu . Dalam hal rersebut , adalah beban merata rencana tefaktor, bentang bersih
untuk momen positif serta gaya geser yang ditinjau, atau haraga rata- rata dua
bentang yang bersebelahan untuk momen positif.
Persamaan
– persamaan standar tersebut hanya dapat diterapkan pada struktur yaag memenuhi
hal-hal sebagai berikut :
1. Struktur bentang
menerus (minimun ada dua batang) dengan bentang kurang lebih sama dimana untuk
setiap dua bentang bersebelahan , bentang yang lebih panjang tidak melampaui
20% terhadap bentang yang pendek.
2. Pembebanan berupa beban yang
merata.
3. Berdasarkan pada
beban bekerja , nilai maksimum perbandingan beban hidup terhadap beban mati
yang diijinkan adalah 3:1.
4. Penampang komponen struktur
prismatis.
7.3 PEMBERHENTIAN TULANGAN
STRUKTUR BENTANG MENERUS
SK
SNI T-5-1991-03 pasal 3.5.12 ayat 1 memberikan persyaratn paling tidak ¼ batang
tulangan momen positif harus diperpanjang melewati dukungan sejauh 150 mm.
Sedangkan pasal 3.5.12 ayat 3 mensyaratkan bahwa paling tidak 1/3 batang momen tulangan
negatif diperpanjang sampai melewati posisi ekstrim titik balik, sejarak tidak
kurang dari 1/16 bentang bersih tinggi efektif komponen struktur d,
atau 12 kali diameter tulangan, diambil mana yang terbaik. Apabila batang
tulangan negatif C hendaknya dihentikan, maka harus diperpanjang paling tidak
sejarakpanjang penyaluran melewati dukungan perpanjangan melewati
titik penghentian teoritis yang ditentukan menggunakan diagram momen, juga
harus sama dengan tinggi efektif komponen struktur, atau 12 diameter batang
tulangan, mana yang lebih besar.
7.4 KONSEP PENDEKATAN STRUKTUR
DUA ARAH
SK
SNI T-5-1991-03 memberikan dua alternatif pendekatan untuk analisis dan
perencanaan penulangan plat dua arah, Metode Perencanaan Langsung (direct
design method) dan Metode Rangka Ekivalen ( equivalent frame method ). Kedua
metode tersebut dapat digolongkan sebagai metode semi elastis.
Jika
menggunakan model plat persegi dilakukan peninjauan lajur pada masing – masing
tengah bentang panjang dan lebar. Seperti yang sudah dikenal, lendutan balok
diatas tumpuan sederhana akibat beban merata adalah:
Apabila lebar jalur AB sama
dengan DE panjang masing – masing p dan 𝓁 maka:
=
=
Dimana Wab dan Wde adalah
bagian intensitas beban total Wu yang ditansformasikanke AB dan
DE, dan Wu = WAB + WDE
Kedua persamaan lendutann
tersebut diatas harus sesuai , sehingga bila disamakan akan diperoleh:
= dan =
Dasar
metode untuk analisis dan perencanaan sistem plat dua arah ialah dengan
menggunakan rangka portal idealisasi yang didapat dengan menggunakan pemotongan
fiktif vertikal pada seluruh bangunan di sepanjang garis tengah antar
kolom-kolom.
7.5 MOMEN STATIS TOTAL TERFAKTOR
Untuk
balok tumpuan sederhana momen statis total adalah Mo =1/8 w𝓁2, sedangkan momen statis
total terfaktor (rencana) untuk panel dua arah suatu bentang ditentukan dalam
lajur yang dibatasi oleh sumbu-sumbu yang bersebelahan pada tiap sisi disumbu
tumpuan, 𝓁1adalah panjang panel pada arah momen ditinjau , sedangkan 𝓁2 ukuran panjang arah
tegak lurus padanya.Untuk memperhitungkan bentang bersih 𝓁n yaitu jarak antar muka
kolom, kepala, atap,dinding, tidak boleh kurang dari 0,65 𝓁1.
Apabila
dilakukan pemotongan diagram benda lepas ditengah bentangan akan dimana momen
pda tengah bentang Mo adalah
Mo=1/2( Wu 𝓁2 𝓁n1) ½ (𝓁n1) - 1/2(
Wu 𝓁2 𝓁n1) 1/4(𝓁n1)
Mo =1/8 Wu 𝓁2 (𝓁n1)2
Selanjutnya
karena adanya tahanan pada tumpuan, Mo akan distribusi baik ke tumpuan maupun
lapangan yang besarnya tergantung dari nilai banding derajat kekakuanya melalui
persamaan :
Mo = Mc + ½ ( MA +
MB )
7.6 METODE PERENCANAAN LANGSUNG
Dalam
proses perencanaan panel plat lantai, yang dikerajakan pertama kali adalah
menentukan momen statis total rencana pada kedua arah penijauan yang salaing
tegak lurus karena adanya tahanan pada tumpuan,maka momen tersebut
didistribusikan untuk merencanakan penampang rangka portal terhadap momen-momen
positif dan negatif
Pada
metode perencanaan lansung , yang diperoleh adalah pendekatan nilai momen dan
geser dengan menggunakan penyerdehanaan koefisien- koefisien yang telah
sediakan oleh peraturan, dengan pembatasan sebagai berikut:
1) Minimun ada tiga bentang
menerus pada masing-masing arah peninjauan
2) Panel berbetuk persegi dengan
rasio antara bentangan panjang teerhadap lebar diukur dari sumbu ke sumbu
tumpuan tidak lebih dari 2.
3) Panjang bentang bersebelahan
pada masing – masing arah tidak boleh berbeda lebih dari persegi bentang yang
panjang
4) Letak pusat kolom dapat
menyimpang maksimum 10 % dari bentang pada arah penyimpangan dari sumbu antar
garis pusat kolom yang berurutan.
5) Beban mati yang
diperhitungkan hanyalah beban gravitasi saja dan tersebar pada seluruh panel.
Beban hidup tidak boleh melampauim 3 kali beban mati.
6) Apabila panel plat ditumpu
oleh balok keempat sisinya, syarat ketentuan relatif balok pada dua arah yang
saling tegak lurus adalah :
2,0
≤ ≤ 5,0
Sesuai
SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.6.6 ayat 3.2, distribusi momen statis total Mo pada
bentang interio dikalikan faktor 0,35 untuk momen positif,dan faktor 0,65 untuk
momen negatif terfaktor (rencana). Sedangkan ayat 3.3 menetukan distribusi
momen statis total terfaktor Mo bentang tepi (eksterior) yang
tercantum pada daftar 7.1.
Daftar 7.1. Faktor Distribusi
Momen Mo bentang eksterior
(dikutip dari SK SNI
T-15-1991-03 pasal 3.6.6 ayat 3)
Untuk panel plat
interior, lajur kolom harus direncanakan untuk memikul sebagian momen negatif
interior ( dalam persen ) sebagai daftar 7.2 berikut
Daftar 7.2 Interpolasi linier
untuk nilai antara
0,50
|
1,00
|
2,00
|
|
75
90
|
75
75
|
75
45
|
Nilai 𝝰 pada daftar diatas
adalah untuk arah bentang . Untuk plat dua arah yang ditumpu
balo diambil sebagai nilai bidang kekuatan lentur penel plat dengan lebar
yang dibatasi oleh garis tengah panel bersebelahan terhadap kekakuan
masing-masing balok. Dengan demikian maka :
Dimana dan masing
– masing adalah modulus elastisitas balok plat
dengan dan masing- masing adalah momen inersia balok dan
plat.
apabila,
Momen
rencana dalam balok diantara dukungan harus direncanakan untuk
memikul sebagian momen lajur kolom
sedangkan
untuk,
momen rencana didapat dari
interpolasi linier antara 85 % dan 0 %
Untuk
panel plat eksterior lajur kolom direncanakan untuk dapat memikul sebagian
momen negataif ekterior dalam persamaan
Sedangkan,
adalah nilai banding torsi
penampang balok tepi terhadap kekuatan lentur plat dengan lebar sama dengan
bentang balok yang diukur sumbu tumpuan, dimana C adalah konstanta penampang
untuk menentukan kekuatan puntir, adalah modulus
elastisitas balok beton, adalah modulus elastisitas pelat
beton, sedangkang adalah menetukan inersia terhadap sumbu
titik pusat bruto plat. Lajur kolom harus direncanakan untuk memikul sebagian
momen positif seperti dibawah ini.
0,50
|
1,00
|
2,00
|
||
|
100
75
|
100
75
|
100
75
|
|
|
100
75
|
100
75
|
100
45
|
Interpolas linier untuk nilai
antara
0,50
|
1,00
|
2,00
|
|
60
90
|
60
75
|
60
45
|
Interpolas linier untuk nilai
antara
SK SNI
T-15-1991-03 pasal 3.6.6 ayat 7 mengijinkan modifikasi sampai 10% momen positif
dan momen negatif terfaktor asalakan momen statistotal untuk suatu panel plat
yang ditijau tidak boleh kurang darai jumlah yang disyaratkan, ialah Mo =1/8 Wu 𝓁2(𝓁n1)2 .
Peraturan membolehkan pembengkakan sampai 33 % merupakan hasil redistribusi
momen bentang banyak. Apabila momen positif terfaktor pada bentang –
bentang panel yang dipikul kolom harus dikalikan dengan faktor yang
ditentukan dengan persamaan.
dimana,
adalah nilai kekakuan lentur
antara kolom diats dan kolom di bawah plat terhadap gabungan kekuata
plat dan balok pada suatu titik buhul, dalam arah
bentangan arah mana dihitung. Sesuai SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.4.11 kekuatan
geser plaat terhadap beban ditentukan oleh kondisi terbesar dari aksi balok
lebar dan panel plat penulangan dua arah.
Dalam
keadaaan umum, tampa penulangan geser kekuatan nominal dalam kondisi balok bar
adalah:
apabila dikehendaki lebih
teliti, sebagai alternatif SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.4. ayat 2
memberikan rumusan lebih terinci dengan memasukan pengaruh unsur,
Apabila
tidak menggunakan tulangan geser, kuat geser nominal diambil nilai terkecil
dari persamaan berikut ini:
Dimana adalah nilai
banding sisa panjang terhadap sisi pendek kolom di daerah beban terpusat atau
reaksi gaya.
Dimana, 𝝰s = 40 untuk kolom
interior
𝝰s = 40 untuk kolom
tepi
𝝰s = 40 untuk kolom
sudut
Vc = 4
Apabila digunakan penulangan
geser, kekuatan nominal dibatasi sampai pada gaya maksimum sebagai berikut :
Selanjutnya dalam merencanakan
tulangan geser, bagian kekuatan tidak boleh lebih besar dari ,
dan luas tulangan geser yang
dibutuhkan serta dihitung berdasarkan ketentuan
dalam pasal 3.4.5 dan pasal 3.4.13. Apabila digunakan baja penahan geser dan
penampang kritis seperti diatas, kuat geser tidak boleh lebih
dari .
Bagian momen yang dilimpahkan
sebagai menjadi tegangan geser eksterior akan mengecil apabila lebar permukaan
lebar penampang kritis yang menahan momen makin besar, sehingga :
Dimana b2 = ( c2 +
d), adalah lebar permukaan bidang penampang kritis interior yang menahan momen
dan b1 = (c1 + d) adalah permukaan
yang tegak lurus terhadap b2 untuk kolom luar, b2 = ( c2 +
½ d).
Dengan demikian, bagian momen
tidak seimbang yang dilimpahkan sebagai lenturan adalah dimana :
bekerja melalui suatu
lebar plat efektif yang dibatasi oleh garis yang dibuat pada satu
setengah kali tebal atau penahan plat (1,5h) diluar muka kolom atau
dalam kolom yang berlawanan. Untuk c1 = c2 ,
nilai = 0,60 yang berarti 60 % dari
momen dilimpahkan oleh lentur ,dan sisanya (40%) oleh geser.
Momen
yang dilimpahkan Mv geser bekerja bersamaan dengan
gaya geser Vu dititik pusat permukaan
geser sekeliling yang berada sejarak ½ dari sisi kolom, sehingga didapat nilai
– nilai v1 dan sebagai berikut :
dan
Dimana adalah besaran
penampang kritis, analog dengan momen inersia polar.
Untuk
kolom eksterior, x1 dan x2 diperoleh dengan
menempatkan permukaan gerak vertikal yang dinyatakan dengan garis putus (a+b+a) ,sehingga Av =
( 2a + b) d :
sedangkan untuk kolom interior,
Sehubungan
dengan perhitungan momen rencana, SK SNI T-15-1991-03 menentukan bawah kolom
atau balok sebgai penumpu plat pada tumpuan interior harus mampu menahan momen
tak brimbang sebesar :
dimana, Wd =
beban mati terfaktor per satuan luas.
WL = beban hidup
terfaktor per satuan luas.
adalah notasi untuk
bentang pendek.
7.7 METODE RANGKA EKIVALEN
Apabila
beban grafitasi yaang bekerja pada satu sistem plat, maka perencanaan dan
analisis dapat dilakukan dengan menggunakan metode Perancangan Langsung atau
Metode Rangka Ekivalen. Apabila terdapat beban lateral walaupun sistem memenuhi
batasan – batasan Metode Perancangan Langsung untuk beban gravitasi, harus
dilakukan analisis elastis rangka struktur.
Perbedaan
dari kedua metode tersebut terletak pada caara menentukan fariasi nilai momen
dan geser di sepanjang portal kaku fiktif. Untuk Metode
Rangka Ekivalen, sebagaimana yang lazim dilakukan pada analisis tak
tentu.Sesuai ketentuan dalam SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.6.7 pasal 4.7
disyaratkanapabila Metode Rangka Ekivalen digunakan untuk analisis beban
gravitasi dari sistem plat dua arahyanag memenuhi batasan – batasan Metode
Perencanaan Langsung, jumlah absolut momen positif dan negatif rata – rata yang
digunakan didalam perencanaan tidak melampaui . Untuk analisis beban
lateral, pembesanran momen pada kolom untuk memperhitungkan penggoyangan akibat
beban- beban vertikal harus dilakukan dengan persyaratan SK SNI
T-15-1991-03 pasal 3.3.11 ayat 5 dan pasal 3.3.12.
Kekakuan
kolom disebarkan keseluruh lebar portal kaku aktif , atau lebar balok
diperhitungkan hanya sebagai lebar kolom ke arah transversal . Komponen
puntir diasumsikan berpenampang konstan diseluruh panjangnya , dan kekakuanya
dihitung berdasarkan :
Dimana, Kt =
kekakuan puntir komponen torsi struktur, momen per unit torsi
C = Kostanta puntir
balok tranversal , boleh dihitung dengan membagi penampang yang ditinjau
menjadi beberapa bagian pempang persegi yang terpisah untu kemudian dijumlahkan
sebagai berikut
= modulus elastisitas plat
beton, dan berkaitan
dengan bentang transversal pada tiap sisi kolom.
Apabila
balok membentuk rangka dengan kolom dengan kolom dalam arah bentang yang
ditinjau momenya, nilai Kt yang sesuai dengan rumus
diatas harus dikalikan dengan nilai momen inesia plat dengan balok yang ada
terhadap momen inesia saja tampa memperhitungkan balok, sehingga rumus menjadi
:
Dimana , Isb =
momen inersia penampang balok dan plat, boleh jadi berbentuk balok T, selebar
portal kaku fiktif.
Is = momen inesia plat
selebar portal kaku fiktif.
SK
SNI T-3-1991-03 pasal 3.6.7 ayat 3.3 menentukan bahwa momen inersia plat pusat
kemuka kolom, konsol pendek , atau kepala kolom harus diambil sama dengan momen
inersia plat balok pada muka kolom, konsol pendek, atau kepala kolom, lalu
dibagi dengan besaran :
Sesuai
pasal 3.6.7 ayat 3.1 untuk perhitungan momen inersia plat balok disembarang
penampang di luar titik buhul atau kepala kolom,dalam analisa beban gravitasi,
memperbolehkan menggunakan penampang brutto. Sedangkan pasal 3.6.3 ayat 1.2
mensyaratkan peninjauan pengaruh retak dan tualng pada kekakuan komponen
struktur rangka dalam analisa beban lateral.
SK
SNI T-15-1991-03 pasal 3.6.7 ayat 6 menyebutkan sesuatu yang logis, ialah pada
pola pembebanan diketahui maka analisis portal kaku fiktif dilakukan
berdasarkan polatersebut. Apabila beban hidup kerja berfariasi tetapi tidak
melebihi ¾ beban mati atau bila kondisi beban hidup kerja adalah sedemikian
rupa sehingga semua panel terbebani sekaligus , maka momen terfaktor maksimum
boleh dianggap bekerja pada penampang dengan beban hidup penuh terfaktor pada
seluruh sistem plat.
Belum ada Komentar untuk "Artikel Lengkap - Struktur Beton Bertulang 1 Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil"
Posting Komentar