Jembatan Lengkung LRT (Long Span) Sempat Dianggap Sebelah Mata
Ibu Insinyur dari ITB - Ibu Dina - googlingartikel |
Perjalanan Dina untuk merancang jembatan lengkung LRT Jabodebek selama dua tahun tentunya menyisakan banyak cerita, salah satunya ia menuturkan proyek buatannya ini sempat dianggap sebelah mata oleh sejumlah pihak.
"Keraguan dari berbagai pihak [rancangan Jembatan Lengkung LRT Jabodebek] dan itu yang harus kami buktikan bahwa keraguan itu bisa kami yakinkan," imbuhnya.
Keraguan itu ia tepis saat rancangan jembatannya mendapat sertifikat layak desain, bahkan Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro mendukung penuh jika jembatan lengkung mendapat paten Hak Intelektual Properti. Hal itu patut dilakukan agar tidak mudah ditiru oleh pelaku konstruksi lain.
"Penemuan dari ibu Dina, tentunya kami dari BRIN [Badan Riset dan Inovasi Nasional] selaku pembina dari kegiatan Research & Development akan mendukung temuan ini mendapat Hak Intelektual Properti," kata Bambang saat mendampingi Dina di kantor BPPT.
Menyoal hak paten, Dina menyebut jembatan lengkung rancangannya memang tidak bisa diterapkan di banyak tempat karena menyesuaikan dengan tempat pembangunan jembatan itu sendiri.
Selain itu, ia tak tahu persis terkait mekanisme pendaftaran hak paten.
"Kalau mengenai bahwa ini [jembatan lengkung] dipatenkan, sejujurnya saya kurang paham mekanismenya tetapi dari sisi rancangan , tidak selalu serta merta diimplementasikan di tempat lain. Sebab, lokasinya pasti berbeda tergantung kondisi di lapangan," ucap Dina.
Sebelum membuat proyek jembatan lengkung LRT Jabodebek, Dina diketahui pernah merancang beberapa jembatan di Indonesia seperti Jembatan Kali Kuto Semarang. Lalu jembatan layang khusus busway ruas Adam Malik di Jakarta, Jembatan Pedamaran 1 dan 2 di Riau, Jembatan Kereta Api Cirebon-Kriya, dan Jembatan Perawang Riau.
-cnn
Belum ada Komentar untuk "Jembatan Lengkung LRT (Long Span) Sempat Dianggap Sebelah Mata"
Posting Komentar