Banggaa! Ibu-Ibu Lulusan ITB Perancang Jembatan Lengkung LRT

Googlingartikel-arvilla delitriana

Arvilla Delitriana (Dina), wanita lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1989 ini berhasil merancang jembatan lengkung Light Rapid Transportation (LRT) atau kereta ringan Jabodebek.


Jembatan lengkung itu dibangun di atas flyover Tol Dalam Kota yang berada di ruas Kuningan, Jakarta Selatan dan membentang sepanjang 148 meter dan memiliki radius lengkung 115 meter serta menggunakan beton seberat 9.688,8 ton.

Prestasi berlanjut saat wanita yang akrab disapa Dina ini mendapat rekor MURI karena berhasil membuat jembatan terpanjang di Indonesia bahkan mungkin di dunia.

Long span (jembatan lengkung) yang dirancang Dina dan tim memakai tipe box girder beton. Tipe beton ini terdiri dari balok-balok penopang utama yang berbentuk kotak berongga. Box girder biasanya terdiri dari elemen beton pratekan, struktural atau komposit baja dan beton bertulang.



Saat ditemui di kantor Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pada Senin (6/1), Dina mengatakan pembangunan jembatan lengkung menggunakan metode Balanced Cantilever dan sudah banyak digunakan oleh negara-negara lain.


"Balanced cantilever sebetulnya sudah cukup lama diterapkan banyak negara, terutama di negara-negara maju. Mereka menggunakan material baja untuk membangun jembatan karena baja relatif lebih mudah dan cepat," kata dia.

Metode balanced cantilever memanfaatkan efek kantilever seimbangnya sehingga struktur dapat berdiri dan mendukung beban beratnya sendiri tanpa sokongan lain dari perancah (penyangga sementara) atau falsework.

Konsep utama dalam metode itu adalah membangun struktur-struktur kantilever seimbang untuk pertama kali, sebelum memasangkan segmen-segmen beton. Sedangkan pembuatan segmen beton dapat dilakukan secara cast in situ (cor di tempat) atau precast (pracetak di pabrik).



Khusus segmen beton pracetak, terdapat beberapa tahapan penyambungan segmen-segmen tersebut.


Segmen pracetak yang dikirim dari pabrik ke lapangan dipasang antara satu dengan lainnya. Segmen yang pertama dipasang adalah piers segment, dilanjutkan dengan pemasangan filed segment arah depan/belakang pier segment.

Hal itu mesti dilakukan karena bearing belum dapat diaktifkan, maka harus diadakan tumpuan sementara untuk mendukung segmen tersebut. Setiap pemasangan segmen dilakukan dengan penyesuaian koordinat untuk garis arah horizontal dan elevasi untuk garis arah vertikal yang diperuntukan untuk kedua segmen.

Setelah itu, dilakukan grouting pot bearing yang mana grouting merupakan dudukan bearing pada pondasi jembatan dan dipasang beberapa segmen bidang lain sampai selesai dengan satu kantilever.



Usai satu buah kantilever selesai dibangun, maka kantilever tersebut disatukan dengan kantilever yang sudah terpasang sebelumnya.


Dikarenakan struktur jembatan yang melengkung, maka kereta LRT hanya diperbolehkan melaju maksimal 30 kilometer per jam.

"Lengkungan itu kan ada ketentuan yaitu maksimal 30 kilometer per jam [laju kereta LRT] saja yang diijinkan. Kalau kereta LRT terlalu kencang, kereta akan terlempar," terang Dina.

Lebih lanjut kata Dina, akan ada serangkaian uji coba yang akan dilaksanakan salah satunya uji beban, yang memakan waktu selama dua hari dan akan dilaksanakan tahun 2021 dibarengi dengan pengoperasian LRT Jabodebek secara penuh.



Saat uji beban berlangsung, Dina dan tim akan memasang sebuah sensor untuk mengetahui apa yang terjadi ketika kereta melewati jembatan tersebut.


"Kalau uji beban kereta seperti LRT memakan waktu dua hari, mungkin yang cukup lama itu saat memasang sensor-sensornya. Sensor itu digunakan misal keretanya lewat, maka ketahuan apa yang terjadi dengan beton, saya monitoring lewat sensor itu," jelasnya.


-cnn

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "Banggaa! Ibu-Ibu Lulusan ITB Perancang Jembatan Lengkung LRT"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel